![]() |
foto: google |
Jika melalui luka dan kesakitan aku mampu menjadi tegar, harus berapa banyak lagi air mata yang tumpah membasahi pipi?
Kepada waktu yang terus bergulir tanpa memberikan jeda untuk beristirahat, kecewaku pernah dilahirkan. Ber-ibu harap yang ternyata terlalu tinggi, serta ber-ayah kenyataan yang hanya membawa perih; aku menemukan siapa aku, seseorang yang bahkan tak akan dicari kepergiannya.
Nyatanya luka memberikanku dunia yang baru, bahwa tak akan lagi ada semburat jingga yang hinggap di pipi, atau kilatan manja yang bergemuruh di kedua mata.
Duniaku kelabu. Luka-luka itu menumpahkan tinta warna-warniku, lalu menggantikannya dengan dua warna yang baru--hitam dan putih-- serta mencampurkan keduanya menjadi satu.