![]() |
foto: google |
Ketika hanya dia yang terbersit dalam ingat kala mata terbuka atau memejam. Ketika keseimbangan duniamu ada padanya, maka jika ia tak ada, kamu merasa seisi bumi menjadi musuhmu. Ketika sapa sekecil-kecilnya mampu membuat jantungmu bergejolak tak beratur. Dan ketika rindu yang selalu menusuk-nusuk hatimu hanya berasal dari sosoknya, boleh kusebut ini cinta?
Satu hal yang ku tahu pasti saat membiarkan hatiku memberikannya ruang untuk sosoknya, aku hanya berjanji bahwa akan kutempati ia di satu-satunya tempat yang paling layak di sana.
Aku tak peduli akan sesakit apa nantinya hanya untuk membuatnya nyaman berada di sana, yang kupedulikan hanyalah memastikan bahwa ia akan selalu baik-baik saja.
Sebelumnya, obrolan panjangku dengan Tuhan hanya berkisar pada bagaimana caranya agar aku bahagia, sampai akhirnya kemudian Tuhan mengirimkan ia untuk menjadi satu-satunya pengisi hari.
Tiada yang dapat menebak pasti, kapan aku jatuh hati. Namun yang ku tahu kini, jalan setapak yang selalu ku pijak mampu ku lalui dengan mudah saat ia ada di sisi.
Aku begitu mencintai hujan, sekalipun ada kesakitan yang akan tiba di setiap tetesnya saat jatuh membasuh tubuh.
Namun aku lebih mencintainya, sekalipun waktu tak pernah selalu akur dengan rindu yang tiba-tiba menyergap rasa sepiku.
Aku mencintai aroma kopi hitam yang selalu mampu menggelitik indera penciumanku, membuat aku ingin menyesapnya perlahan, membasahi kerongkonganku sedikit demi sedikit, menikmati candu yang selalu hadir di sana.
Sama seperti aku mencintainya, desir tawanya mampu menggugah indera pendengaranku, membuatku ingin mendengarkannya lagi, dan lagi.
Aku mencintainya sekali lagi.
Aku menikmati waktu yang bergerak konstan, menjadikan siapa saja merasa bahwa bahagia yang pernah ada, tak akan selamanya hadir. Bukan aku tak suka melihat mereka bahagia, setidaknya setelah itu, mereka akan lebih menghargai arti bahagia yang akan tiba nantinya.
Sama seperti aku mencintai hadirnya, menjadikanku menyadari bahwa walaupun terkadang sikapnya membuatku kepayahan, aku akan merasa jauh lebih sulit lagi jika ia tak ada di sisi.
Aku mencintainya sekali lagi.
Aku mencintai sebuah pelukan, saat tak ada satupun jarak yang akan merenggutnya menjauhiku, saat hanya ada ketenangan yang hadir ketika hangat dekapnya melindungiku, saat hanya ada deru nafas yang memburu dan debar jantung yang berbunyi tak beratur menjadi satu-satunya musik pengiring.
Aku mencintainya, seperti itu.
Sekali lagi.. Aku mencintaimu.
Waktu mungkin sedang menjadi musuh kita, serta pikiran buruk yang saat ini bersemayam. Namun, sekali lagi satu hal yang ku tahu pasti, selama apapun tiada ucap, pikiranku tak akan pernah sempat membiarkannya terlalu lama pergi.
Karena nyatanya, sampai detik ini, rindu yang aku miliki, berdentum-dentum menyuarakan namanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar