Kepada Aditya Irhas Saputra
Sebentar, izinkan aku untuk mencerup sedikit lagi beberapa
tangkai anggrek putih dan lily putih yang menjadi kesukaan kita.
Mas, sebelumnya, aku ingin meminta maaf padamu untuk yang
kesekian, maafkan jika keikhlasan itu belum juga menghampiri sudut terdalam
hatiku setelah beberapa tahun berlalu. Maafkan jika masih ada tangis saat ingatanku
kembali melambungkan bayang-bayangmu beserta kebahagiaan kita. Maafkan sekali
lagi, jika itu memberatkanmu.
Berkali ingin aku tanyakan padamu, bagaimana keadaanmu?
Apakah kamu baik-baik saja? Bagaimana tempatmu sekarang? Semoga kamu nyaman di
sana. Aku ingat bahwa kita berdua sama-sama menbenci kegelapan, maafkan aku
untuk tak mampu menemani dan menggenggam tanganmu dalam gulita yang
menyelimutimu sekarang.
Mas, surat ini ku tulis bersama dengan luka yang masih
basah, serta bulir-bulir air mata yang tetap di alamatkan pada pundakmu. Aku
rindu. Tapi tak perlu risau, beribu doa selalu kulantunkan agar kamu baik-baik
saja. Aku harap Tuhan mendengarnya. Aku harap jarak yang sekarang ini menjadi
penjeda yang teramat panjang, tak akan pernah mengambil kebahagiaanku lagi. Aku
masih mampu membaui parfummu, walau kini tak ada lagi sosokmu. Aku masih mampu
memelukmu dalam doa, agar kau tak perlu merasa kesakitan di sana. Mas, tenang
saja, akan aku pelajari lagi makna mengikhlaskan, maafkan aku jika air mataku
mempersulit jalanmu, sungguh, bukan inginku. Aku hanya belum mampu berjalan
sendiri jika mata anginku hilang bersamamu, aku hanya belum mampu melihat
sekali lagi bahwa namamu kini terukir di sana. Aku hanya belum mampu. Tapi
sungguhlah, aku pasti bahagia.
Dalam rindu yang semakin membuat sesak dan dengan seluruh
kecup dan cinta,
adikmu yang tak letih merindu, Kumala Gayatri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar