Kamis, 14 Maret 2013

Tentang Kesalahanku

 foto: http://phoenix0105.files.wordpress.com/2012/10/brokenlove.jpg?w=683


“Seperti apa aku di matamu?”

Kadang tak jua aku habis berfikir, siapa aku ini di depan kedua matamu, yang selalu kamu anggap salah, yang selalu kamu anggap rumit. Dan kepada dinding bernama perbedaan lah yang menutup pikiranku tentang semua pertanyaanku.

Lalu, sekali lagi aku bertanya tentang sebuah keadaan, apa yang dapat aku lakukan? Sementara mencintaimu adalah sebuah kebiasaan bagi setiap senti jalan menuju hatiku. Dan memahamimu adalah tugas yang selalu aku lakukan dalam perjalanan panjang menuju kebahagiaan. Namun, lagi-lagi aku dipertemukan dengan pertanyaan, kebahagiaan siapa yang aku tuju?

Bukan tentang ragu pertanyaan-pertanyaan yang timbul tenggelam itu bermuara, melainkan tentang apa definisi aku bagi hatimu, dan bagaimana kebahagiaan untukku yang selalu kamu maksudkan. Sementara yang selalu aku pahami adalah tentang segala kesalahan yang aku lakukan.

Yang kamu pinta hanya sebuah perhatian disetiap detik yang selalu berputar, sementara yang aku lakukan adalah memahami seluruh keadaanmu dan mengkhawatirkan setiap kejadian yang membuatmu gelisah. Sampai akhirnya kamu ajarkan aku untuk menghargai ruang kebebasanmu untuk tidak terlalu ikut campur tentang keadaanmu. Dan akhirnya aku simpulkan bahwa diam adalah sebaik-baiknya tindakan. Namun, belum habis pula lah anggapan mu tentangku dan dalam lelah mu kamu anggap aku terlalu rumit dengan jalan pikiranku sendiri.

Tak jarang aku akhirnya menepi pada jurang berwujud kesalahanku. Memang tak kamu tegas kan, namun aku pun tak terlalu bodoh untuk membaca sikap mu tentang segala kesalahanku di matamu. Sampai akhirnya selalu aku putuskan sebagai pembenaran diri, aku berpijak pada bumi, yang tak mampu bertindak secepat kecepatan cahaya untuk menjadi seorang ibu peri.

“Karna kamu berjalan tidak lagi sendirian saat ini, ada aku, yang bukanlah hanya sesosok semu. Hadirku nyata bersama semua hati dan mimpiku tentangmu, tentang kita, meski terlampu sering dari sekadar terkadang, bagimu aku hadir tak sepaket dengan hati dan air mata.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar