Sabtu, 22 Desember 2012

Aku, di sini. . .

Dan. . . Aku di sini. .

Perempuan yang hobi makan tapi tak pernah bisa terlihat gendut.
Perempuan yang menikmati hujan dari balik jendela dengan beberapa hembusan yang menghasilkan embun di balik kaca.
Perempuan yang selalu haus dan melepas dahaganya kepada setiap baris puisi.
Perempuan yang kadang sibuk mencumbui waktu yang berputar hanya untuk sebuah sajak .
Perempuan yang menganggap hidup tidak semudah layaknya menodai secarik kertas dengan sebuah kata.
Perempuan yang mencandui sastra tapi tak pernah bisa larut ke dalam cairannya.

Puisi adalah bagian dari hidup ku, dan setiap baris yang dihasilkannya adalah nafas peramu kata.
Kemarin, sekarang, esok dan entah sampai kapan, semua yang tumpah ke dalam lautan kata, tak lebih hanyalah sebuah lumeran hasrat yang tak pernah sabar menunggu untuk meluap.
Aku menulis dengan angan, dengan cinta sebagai pemanisnya, dan kamu... sebagai alasannya.
Aku selalu mencintai senja, hanya karena di antara banyak wajah langit, hanya senja yang mampu bersolek kepada bumi bahwa dirinya layak dicumbui sebagai anugerah Tuhan.
Aku benci perpisahan. Seperti membenci kata “pernah”. Yang menegaskan bahwa tak akan pernah ada lagi. Sekeras aku berusaha untuk menyukainya, namun, tak akan.. Tak akan pernah.
Aku percaya, selayaknya bahwa tak ada yang abadi dengan pertemuan, begitu pun perpisahan.

Aku merasa, aku menulis, aku bermimpi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar