Dan. . . Aku di sini. .
Perempuan yang hobi makan tapi tak pernah bisa terlihat gendut.
Perempuan yang hobi makan tapi tak pernah bisa terlihat gendut.
Perempuan yang menikmati hujan dari balik jendela dengan
beberapa hembusan yang menghasilkan embun di balik kaca.
Perempuan yang selalu haus dan melepas dahaganya kepada
setiap baris puisi.
Perempuan yang kadang sibuk mencumbui waktu yang berputar
hanya untuk sebuah sajak .
Perempuan yang menganggap hidup tidak semudah layaknya
menodai secarik kertas dengan sebuah kata.
Perempuan yang mencandui sastra tapi tak pernah bisa
larut ke dalam cairannya.
Puisi adalah bagian dari hidup ku, dan setiap baris yang
dihasilkannya adalah nafas peramu kata.
Kemarin, sekarang, esok dan entah sampai kapan, semua yang tumpah ke dalam lautan kata, tak lebih hanyalah sebuah lumeran hasrat yang tak pernah sabar menunggu untuk meluap.
Kemarin, sekarang, esok dan entah sampai kapan, semua yang tumpah ke dalam lautan kata, tak lebih hanyalah sebuah lumeran hasrat yang tak pernah sabar menunggu untuk meluap.
Aku menulis dengan angan, dengan cinta sebagai
pemanisnya, dan kamu... sebagai alasannya.
Aku selalu mencintai senja, hanya karena di antara banyak
wajah langit, hanya senja yang mampu bersolek kepada bumi bahwa dirinya layak
dicumbui sebagai anugerah Tuhan.
Aku benci perpisahan. Seperti membenci kata “pernah”.
Yang menegaskan bahwa tak akan pernah ada lagi. Sekeras aku berusaha untuk
menyukainya, namun, tak akan.. Tak akan pernah.
Aku percaya, selayaknya bahwa tak ada
yang abadi dengan pertemuan, begitu pun perpisahan.
Aku merasa, aku menulis, aku bermimpi.
Aku merasa, aku menulis, aku bermimpi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar