![]() |
foto: google |
Kepada kamu, yang selalu ku nanti kepulangannya
Boleh tidak, aku meminta senyummu hadir di sudut-sudut
bibirmu, hari ini, dan seterusnya?
Atau bolehkah, aku memelukmu erat saat segala amarah dan egomu
lagi dan lagi kembali merenggutmu dari sisiku?
Aku tak ingin membuatnya menjadi berlalu terlalu lama. Atau
membiarkannya terus tersulut tanpa pernah bisa aku padamkan.
Sayang, kamu tahu? Seandainya saja saat ini aku ada di
sisimu, satu hal yang pertama kali aku lakukan hanyalah memelukmu erat, tak kan
kubiarkan jarak memberikan sedikit saja jeda sampai akhirnya kamu kembali lagi
ke sisi.
Pernah aku tanya, untuk apa amarah dan segala egomu itu. Tak
kau jawab memang, pada akhirnya kamu menyuruhku berpikir lagi, yang sebenarnya
kau tahu bahwa aku tak pernah pintar dalam menebak-nebak hatimu.
Kamu terlalu sulit, namun kesalahan terbesarmu ialah
berurusan dengan seseorang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Kamu tahu
kan seberapa gigih aku berusaha mencoba memecahkan rasa penasaranku? Jadi
jangan tanya mengapa aku terus berusaha menghujanimu dengan segala rindu, agar
kau tahu, bahwa aku tak akan pernah begitu saja berlalu pergi.
Sayang, aku hanya minta sedikit saja. Jika waktu dan segala
kerinduan yang kumiliki tak pernah sedikitpun akur mengukur jarak, bisakah risaumu
bersahabat dengan hadirku?
Sekarang, pejamkan matamu sebentar saja, semoga kecup yang
kutitip melalu rindu, saat ini mendarat tepat pada keningmu. Tersenyumlah
(kembali), maka akan kudaratkan kecupku pada sudut-sudut bibirmu.
Aku bosan, lagi-lagi berusaha meredam egomu hanya melalui
pesan-pesan singkat tanpa rasa. Jangan salahkan aku yang tiba-tiba hadir
mengutuk pintumu untuk mendekapmu langsung hanya untuk membisikkan “Jangan
marah lagi ya..”, sebab perlu kau tahu, akal sehatku selalu kau bawa pergi
bersamaan dengan diammu.
Van.. Untuk kali ini aku mohon dengan sangat, bisa kah kamu
berhenti menghukumku dengan seluruh diammu? Jika tidak, tak kan lagi ada aku
yang menanggapi ucapanmu untuk memutar balik, atau mendengarmu memaksaku untuk
kembali membatalkan tiket. Jangan terkejut jika suatu saat nanti aku menghapus
jarak yang kini ada.
Tolonglah, jarak telah memusuhiku saat ini, jangan lagi kau
tambah dengan diammu.
Sayang, aku hanya meminta sedikit saja, setelah kau baca
surat ini, hadirkan senyummu untukku, ya? Kalau tak mau juga, berarti kamu yang
memaksaku untuk hadir di sisimu secepatnya, jangan salahkan aku kalau nanti
(kembali) ku pesan tiket.
Semalam, aku telah melewatkan waktuku untuk tak mengantarmu
lelap dengan kecup di kepalamu. Jangan hukum aku seperti ini lagi ya..
Tersenyumlah.. Atau kamu mau aku mengetuk pintumu esok pagi?
sayang dan ribuan kecup untuk kepala dan keningmu,
ocie
semoga lekas baikan yaaa ;'D semangat yuk semangaatt
BalasHapus-ika
udah baikan kok kak ikaaa \o/
Hapus