Kamis, 13 Februari 2014

Aku hanya minta sedikit

foto: google



Kepada kamu, yang selalu ku nanti kepulangannya


Boleh tidak, aku meminta senyummu hadir di sudut-sudut bibirmu, hari ini, dan seterusnya?

Atau bolehkah, aku memelukmu erat saat segala amarah dan egomu lagi dan lagi kembali merenggutmu dari sisiku?



Aku tak ingin membuatnya menjadi berlalu terlalu lama. Atau membiarkannya terus tersulut tanpa pernah bisa aku padamkan.

Sayang, kamu tahu? Seandainya saja saat ini aku ada di sisimu, satu hal yang pertama kali aku lakukan hanyalah memelukmu erat, tak kan kubiarkan jarak memberikan sedikit saja jeda sampai akhirnya kamu kembali lagi ke sisi.



Pernah aku tanya, untuk apa amarah dan segala egomu itu. Tak kau jawab memang, pada akhirnya kamu menyuruhku berpikir lagi, yang sebenarnya kau tahu bahwa aku tak pernah pintar dalam menebak-nebak hatimu.

Kamu terlalu sulit, namun kesalahan terbesarmu ialah berurusan dengan seseorang yang memiliki rasa penasaran yang tinggi. Kamu tahu kan seberapa gigih aku berusaha mencoba memecahkan rasa penasaranku? Jadi jangan tanya mengapa aku terus berusaha menghujanimu dengan segala rindu, agar kau tahu, bahwa aku tak akan pernah begitu saja berlalu pergi.



Sayang, aku hanya minta sedikit saja. Jika waktu dan segala kerinduan yang kumiliki tak pernah sedikitpun akur mengukur jarak, bisakah risaumu bersahabat dengan hadirku?

Sekarang, pejamkan matamu sebentar saja, semoga kecup yang kutitip melalu rindu, saat ini mendarat tepat pada keningmu. Tersenyumlah (kembali), maka akan kudaratkan kecupku pada sudut-sudut bibirmu.



Aku bosan, lagi-lagi berusaha meredam egomu hanya melalui pesan-pesan singkat tanpa rasa. Jangan salahkan aku yang tiba-tiba hadir mengutuk pintumu untuk mendekapmu langsung hanya untuk membisikkan “Jangan marah lagi ya..”, sebab perlu kau tahu, akal sehatku selalu kau bawa pergi bersamaan dengan diammu.



Van.. Untuk kali ini aku mohon dengan sangat, bisa kah kamu berhenti menghukumku dengan seluruh diammu? Jika tidak, tak kan lagi ada aku yang menanggapi ucapanmu untuk memutar balik, atau mendengarmu memaksaku untuk kembali membatalkan tiket. Jangan terkejut jika suatu saat nanti aku menghapus jarak yang kini ada.

Tolonglah, jarak telah memusuhiku saat ini, jangan lagi kau tambah dengan diammu.



Sayang, aku hanya meminta sedikit saja, setelah kau baca surat ini, hadirkan senyummu untukku, ya? Kalau tak mau juga, berarti kamu yang memaksaku untuk hadir di sisimu secepatnya, jangan salahkan aku kalau nanti (kembali) ku pesan tiket.

Semalam, aku telah melewatkan waktuku untuk tak mengantarmu lelap dengan kecup di kepalamu. Jangan hukum aku seperti ini lagi ya..

Tersenyumlah.. Atau kamu mau aku mengetuk pintumu esok pagi?


sayang dan ribuan kecup untuk kepala dan keningmu,


ocie



2 komentar:

  1. semoga lekas baikan yaaa ;'D semangat yuk semangaatt
    -ika

    BalasHapus