Selasa, 26 November 2013

Catatan Kecil Pengumpul Senyum

foto: google


Sebentar, tolong izinkan aku untuk terlebih dahulu menjelaskan siapa aku

Aku bukan seorang pengemis yang meminta-minta untuk diberi sebuah senyuman lalu kukumpulkan untuk kunikmati sendiri kebahagiaannya. Bukan pula seorang pencuri yang merampas kebahagiaanmu untuk kuhabiskan sendiri dengan tamak.

Sebutlah aku pengikut.

Tenang, aku bukan sosok yang akan mengawasimu lalu menghantui hari-harimu. Seperti yang kubilang, aku hanya pengikutmu. Aku hanya melihatmu dari kejauhan, melukis sisa-sisa kebahagianmu, merekam jejak setiap kisah tentangmu, dan mengumpulkan serpihan yang jatuh dari sudut-sudut bibirmu saat kamu tersenyum. Hanya untuk mencari kebahagiaanku sendiri yang ada pada sebuah sosok semu, sayangnya sosok itu menjelma kamu.

Ada beberapa bagian penting tentangmu yang ingin aku tuturkan.

Yang pertama, adalah bagaimana caranya kamu melakukannya, maksudku, bagaimana hanya sececah kenyataan bahwa kamu bahagia, dapat pula membahagiakanku. Atau tentang bagaimana caramu menceritakan rasamu, sehingga aku dapat turut serta merasakannya. Aku ingin tau, barangkali suatu saat nanti ketika aku tak lagi dapat menjadi pengikutmu, aku mampu mencari kebahagianku sendiri.

Yang kedua, apa yang kamu lakukan terhadap senyummu? Mungkin saja saat penyandu narkoba itu sempat melihatmu tersenyum, saat ini ia pasti tidak menjadi seorang pesakitan. Bagaimana tidak, zat yang paling candu untuk dinikmati ialah senyummu. Matilah aku jika polisi menyadari bahwa bibirmu jauh lebih adiktif dari sebuah narkotika.

Yang ketiga, ada lagi tidak sosok sepertimu? Sekadar berjaga-jaga, barangkali bukan aku nantinya yang akan menua bersamamu kelak. Walau kadang, membayangkannya saja membuatku marah pada diriku sendiri. Mengapa aku begitu berani menjadi pengikutmu serta membawa kebahagiaanku bersama sosokmu.

Yang terakhir, buatlah dirimu dilimpahi kebahagiaan. Sekarang, kebahagianku telah menjelma pada bahagiamu, bisa dibayangkan bukan, bagaimana aku nanti jika tidak melihatmu bahagia. Aku tidak peduli pada pengamat cinta picisan yang menyebut pernyataanku berlebihan. Mereka belum tau saja bagaimana sulitnya membangun jalan menuju seseorang yang bahkan tidak menyadari kehadiran mereka. Aku sudah lebih dahulu merasakannya.

Mungkin sekarang bisa dibayangkan aku seperti apa. Aku hanya sosok pengagummu yang mengumpulkan kebahagiaanmu yang aku nikmati sendiri diam-diam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar