![]() |
foto: http://pandasurya.files.wordpress.com/2009/07/oldbench1600wl0.jpg |
Bangku
taman ini, kursi penonton favorit ku.
Secangkir
hangat teh hijau dan hangatnya sela-sela jari mu ialah pelengkap dari pentas
yang aku tunggu.
“Akan
ku ukir nama mu di atas sana, Dinda!” teriak mu antusias menunjuk gumpalan awan
yang berlatar langit senja kala itu.
Kilat
di mata mu menjadi pembuka yang sangat manis untuk pertunjukan yang aku
nantikan.
Matahari
menuju pelupuk cakrawala, menimbulkan semburat jingga yang selalu aku nikmati.
“Terima
kasih untuk pertunjukan mu.” Ku sesap teh hijau yang mulai menjadi dingin.
Senja akan kembali membawa bayang mu pergi.
Bahkan,
untuk lima tahun berlalu, aku masih ingat hari itu.
Ku
tatap kembali pertunjukan ku, semburat jingga mulai pergi bersembunyi di langit
malam.
“Jangan
melupakan janji mu.” Harap ku sebelum langkah kaki membawa ku menjauh pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar