![]() |
foto: google |
“Itu kan suratku.”
“Iya.”
“Kok dijadiin
kapal-kapalan?”
~~~
Siang
itu terik matahari membakar kulit mukaku. Berkali-kali kuusap wajahku,
memanjakan rasa gatal bercampur perih yang membekas kemerahan di kedua pipiku.
Aku benci sinar matahari, apalagi jam pelajaran olah raga yang diadakan siang
hari, alergiku pasti sedang berpesta di kulit wajahku saat ini.
Runtunan
hal yang membuat moodku rusak hari ini belum cukup sepertinya, sampai
akhirnya kudengar berita yang hampir membuat tubuhku jatuh karena menahan rasa
terkejut. Bisik-bisik yang sedari tadi membuat heboh kelasku, sampai pula di
telingaku. Tampak beberapa teman sekelasku bergerombol, beberapanya ada
kumpulan gadis-gadis yang selalu sibuk dengan sisir dan cermin yang mereka bawa
kemana-mana, aku tidak pernah bersahabat dengan mereka, lagipula mereka bukan
tipe teman yang cocok untuk berdiskusi hal-hal positif -yang bukan gosip- denganku.
“Ada
yang kehilangan temen nih.” sahut salah satu perempuan yang selalu repot dengan
sisir di tangannya itu dengan nada mengejekku saat aku memasuki kelas.
Kupandangi wajahnya sekilas, sama sekali tak berniat untuk mengacuhkannya.
“Lan,
Saka pindah sekolah.” ucap salah satu teman terbaikku di kelas ini saat aku
duduk di kursiku.
“Kata
siapa?”
“Kata anak-anak.
Tadi orang tuanya ketemu Kepala Sekolah. Makanya hari ini dia nggak masuk.”
“Oh.
Yasudah, makasih infonya Nin.” ucapku tak peduli, sama sekali tidak ingin
membicarakan kabar yang tidak mengenakan ini. Ku buka buku pelajaranku untuk
menghindari bahasan panjang tentang hal ini.
~~~
Taman
di tepi sungai itu masih sama seperti hari-hari kemarin, yang membedakannya
hanya tentang dua hati yang mengunjunginya saat ini. Ku lihat pria yang duduk
di tepi sungai itu tampak sedang sibuk dengan kertas di tangannya.
“Saka!”
teriakku menghampirinya, ia hanya menolehkan kepalanya sebentar lalu kembali asik
pada kertas di tangannya.
“Itu
kan suratku.” sahutku lagi saat kulihat suratku yang kuberikan untuknya yang
sedang ia lipat-lipat.
“Iya.”
“Kok
dijadiin kapal-kapalan?”
“Aku
mau penulis surat ini yang akan menjemputku kembali pulang nantinya.” ucapnya singkat,
diletakkan suratku yang sudah menjadi perahu kertas itu ke permukaan sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar