Selasa, 18 Februari 2014

Selamat, yang tertunda..

foto: google


Sore tadi, hampir saja rasa kantukku menenggelamkanku saat aku sedang menanti surat darimu.

Entah efek obat yang akhir-akhir ini kuminum, atau kejenuhan yang mulai menyambangiku pada akhirnya. 

Beberapa hari ini suratmu terlalu lama tiba, barangkali pak pos mulai bosan mengatarnya, atau mungkin kamu yang sudah enggan memberiku kabar, Dan?

Semoga prasangkaku yang terakhir tidak tepat, ya.

Aku bisa gila kalau terus-terusan dihujani pikiran buruk tentangmu. Rasanya, rindu mulai menjadi musuh terbesarku kali ini.



Kamu jahat Dan, lagi-lagi kamu mengingatkan kisah kita.

Kisah yang terus menerus mengingatkanku bahwa setidaknya kita pernah bahagia.

Janganlah lagi kamu ingatkan, karena tanpa kamu ingatkan pun, kebahagiaan kita dan kisah yang ada di dalamnya, akan selamanya terpatri dalam memoriku.

Berlebihan? Terserah kamu akan memandangnya seperti apa, aku sudah terlanjur menjadikanmu terlalu berharga untuk seluruh waktu yang aku habiskan, untuk setiap perjalanan yang aku lewati kala aku melaju.



Oh ya Dan, selamat hari kasih sayang ya.. Maafkan aku yang sempat melupakannya kemarin. Aku terlalu sibuk menghitung bulir-bulir rindu yang jatuh bersama dengan air mataku kala itu. Maafkan aku juga untuk derai air mataku yang akhir-akhir ini tertuju untukmu, karena pada akhirnya aku tak selalu mampu menahan keinginanku untuk mendekapmu lagi.

Percayalah, aku akan berusaha semampuku untuk menantimu kembali.

Semoga kamu tak melupakan tempat dimana kamu harus “pulang” ya..


seluruh kecup sendu dan pesan pengantar rindu,


kumala



Tidak ada komentar:

Posting Komentar