![]() |
foto: google |
Teruntuk kamu, yang namanya tak pernah abstain dalam rapalan
doaku.
Surat ini kutulis bersama rindu yang malu-malu, dan segala rasa
takut yang masih membuncah.
Aku tak tahu harus dengan bagaimana aku mengawali suratku,
namun satu hal yang ku tahu pasti, tumpahnya kerinduan dan rasa takut ku yang
membawa ku kepada surat ini. Dari beribu kilometer tempatku berada, sesungguhnya
aku hanya ingin mengirimkan berjuta rindu untukmu, karena aku ingin kamu cepat
kembali. Dari jauhnya jarak yang kini ada untuk memisahkan kita, aku hanya
ingin mengingatkanmu bahwa kebahagianku akan selalu menyelimutimu, bahwa
senyumku akan selalu menyertai langkahmu. Dan dari segala penjeda yang masih
menjadi penunda raga kita untuk bertemu, sesungguhnya aku selalu ingin menepati
janjiku padamu.
Maafkan aku sayang, jika tanpa sengaja ku sulut amarahmu.
Akan kupahami lagi tentangmu untuk yang kesekian. Namun jika boleh aku bercerita,
sebenarnya aku tak pernah mampu menghadapi amarahmu, beribu ketakutan muncul
jika aku tahu bahwa kamu tak lagi baik-baik saja. Jika saja kelamnya malam
mampu menggambarkan suasana hatiku saat menghadapi sumarahmu, akan ku tunjukan
padamu. Sayangnya aku tak mampu.
Tak usah mencari jika sejenak aku pergi. Bukan aku abai atau
tak rindu, sesungguhnya amarahmu dan ketakutanku, perlahan melukaiku tanpa kau
tahu. Tenang saja, desah nafasku masih saja menderukan namamu, rinduku masih
bertuan pada hatimu, sedang segala diamku, masih saja mencemaskan keadaanmu.
Sesungguhnya kamu tak pernah luput dari ingatanku. Tak usah mencari, akan
kupulihkan luka ku sendiri, karena aku cukup tahu diri untuk tak merisaukannya
padamu.
Sayang, aku takut.. Aku hanya tak mampu melewati amarahmu
yang tak pernah bisa ku redam.
dengan cinta dan dekap manja untuk seluruh harimu,
dari perempuan yang selalu menunggu kepulanganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar