![]() |
foto: google |
Bagaimana kotak suratmu? Aku baru saja selesai membenahi
remah-remah kenangan tentangmu ketika kudapati suratmu. Ku pikir, berkas hujan
yang membasahi surat ku kemarin telah mewakilkan air mataku saat aku
menulisnya. Semoga saja kamu masih dapat membaca seluruh pesanku dengan utuh.
Ngomong-ngomong, sampaikan salamku pada kakak
perempuanmu bahwa aku baik-baik saja, aku masih kuat menahan resahku tentangmu
sendiri.
Kamu tanya sejak kapan aku sesibuk ini?
Kenapa tak kau tanyakan saja pada dirimu sendiri, sejak
kapan kamu mulai belajar mengabaikanku?
Karena pada akhirnya yang aku sibukkan hanyalah mencari cara
bagaimana aku bisa menahan sakauku sendiri terhadap hangatnya tubuhmu. Tak kau
tahu kan Dan? Sebab ternyata kamu lah yang mulai menjauh pergi.
Dan, jika hatimu ialah rumahku, yang mana ruang untukku?
Telah kudapati berbanyak pintu di sana, namun terlalu asing
untuk aku singgahi salah satunya walau sejenak. Aku tersesat.
Dan, kau pasti akan tetap mengetahui bahwa aku selalu menantimu. Bahkan
dalam pekat malam yang biasanya membangunkan rasa takutku, aku tetap menunggu, untukmu.
Lantas, kamu dimana? Pintu siapa yang telah diketuk oleh
jemarimu.
Aku tidak bisa menemukanmu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar