![]() |
foto: google |
Ku harap, surat yang ku tulis hari ini, kelak akan
mengantarku menuju kamu, Dan..
Daniel.. Pernah aku katakan,
bahwa hampir seluruh waktu yang aku punya, belakangan ini hanya dimiliki
olehmu. Seluruh pikiran yang melintas di kepalaku hanya dipenuhi tentangmu.
Lantas, bagaimana bisa aku tidak memperhatikanmu bahkan yang sekecil-kecilnya?
Tak kau tahu Dan, seberapa besar kekuatankku untuk berusaha
tabah berkali-kali saat keinginanku tak pernah akur dengan keadaan yang kini
aku lewati.
Tak kau tahu, seberapa letih aku menekuri hari demi hari yang
berkali-kali dihujani rindu sementara tak lagi ada dekap tubuhmu untuk tubuhku
berteduh.
Jika waktu yang aku habiskan untuk memikirkan seluruh
tentangmu ialah sebuah pondasi, sudah ada rumah untuk rindumu pulang, Dan; di
hatiku.
Siang tadi aku sempat mengitari pelataran yang pernah menjadi
saksi bahwa kamu memang milikku.
Kamu tau? Belakangan ini keyakinanku perlahan hilang
separuhnya.
Keyakinan bahwa kamu memang milikku. Keyakinan bahwa kamu
akan pulang suatu hari nanti.
Terlalu banyak waktu yang telah melaju, seluruhnya telah aku
lalui tanpamu.
Kini keraguan mulai singgah di hatiku Dan. Seringkali
pikiran itu berputar di kepalaku, masih adakah kekasihku yang akan mendekapku
hangat kala dingin malam mendera? Masih adakah debat-debat mungil yang katamu
mampu membuatmu rindu? Masih adakah kita—kamu dan aku, yang sama-sama berjalan
pada arah yang sama?
Arahku hilang Dan, aku butuh kamu untuk menuntunku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar