Selasa, 04 Februari 2014

Mari Berhitung

foto: google


*surat ini kutulis sambil menghitung, sudah seberapa banyak..*



Dan.. Ku pikir mungkin kamu benar, rasanya terlalu egois jika aku hanya memikirkan rinduku yang selalu berharap untuk kamu tafsirkan. Maafkan aku ya.. Aku hanya merasa tak sanggup berdiam diri terlalu lama membawa rindu dan sepiku sendiri.

Biarlah, kelak waktu yang aku nantikan pun pasti akan tiba, semoga saja kau pun berharap demikian.



Kamu tahu? Bukan hanya kamu saja yang sibuk dengan doa-doamu, jika saja Tuhan mampu menolak doa yang telah membuatnya bosan, mungkin namamu tak lagi labuh di sana.

Aku hanya berpikir, sekuat apa kita mampu saling mendoakan, sementara jarak telah meniadakan. Sekuat apa kita mampu tetap merindu, jika temu itu masihlah menjadi bayangan semu.



Sore ini langitku masih saja menitikkan berkas-berkas hujan, aku jadi ingat saat itu. Ketika kita sama-sama menghitung, tentang rindu siapa yang paling membuncah, sehingga mampu membuat langit kita menangis. Ketika kita sama-sama menghitung, tentang kenangan siapa yang paling banyak mengisahkan luka, sampai-sampai membuat bumi menggenang.

Lagi-lagi ingatanku hanyalah tentangmu..



Dan.. Aku sakit. Entah karena bercangkir kopi yang selalu menemaniku untuk tegar memeluk rindu, atau karena terlalu lama menahan candu atas pelukanmu.. Entah..




Pulanglah.. Banyak yang perlu kamu tengok.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar