![]() |
foto: google |
Baru saja ibu menepuk bahuku tiba-tiba, saat sedang kutekuri
lagi surat-suratmu kemarin.
“Dari pangeranmu lagi.” begitu ucapnya
Kamu tahu? Aku hampir
saja tak sengaja merobek surat darimu karena tidak sabar untuk membacanya.
Dan, akhir-akhir ini tak ada lagi yang menarik perhatianku
selain menanti suratmu sambil membaca ulang seluruhnya. Karena bagiku satu-satunya
jarak terdekat menuju kamu hanyalah dengan kembali menekuri tiap kata yang kau
ukir di sana.
Kali ini bukan hanya tentang aku yang mulai kehilangan arah
karena perlahan rindu mulai mengoyak akal sehatku.
Bukan pula tentang sesak di dada yang mengharapkan kamu
untuk lekas kembali.
Melainkan tentang aku yang tak lagi baik-baik saja sekarang,
entah karena terlalu rapuh menahan rindu, atau karena egoku yang mulai
menggerogoti kesehatanku.
Tempo hari pernah ku katakan bahwa aku sakit Dan, ternyata
keadaan itu tak kunjung membaik.
Maafkan aku untuk itu, maafkan jika kepulanganmu tak disambut
dengan aku yang berdiri tegar dan senyum selamat datang. Maafkan aku.
Namun perlu kamu ketahui, air mata penuh rindu serta
hangatnya dekapku, pasti akan menyambut kepulanganmu.
jangan menghilang,
kumala
Tidak ada komentar:
Posting Komentar