Kamis, 06 Februari 2014

Teruntuk ibuku (kelak)..

foto: google



Assalamualaikum ibu,

semoga ketika surat ini tiba dalam genggamanmu, ibu dalam keadaan baik-baik saja.



Sebelumnya, dengan segala kerendahan hati, kuberanikan diri menulis surat ini untuk ibu.

Ibu, mungkin aku bukanlah siapa-siapa, hanya wanita yang membawa angan terlalu besar untuk memperlihatkannya kepada ibu. Bukan untuk berniat angkuh, atau mengajak ibu untuk bersaing, aku hanya ingin mengadakan sedikit perjanjian dengan ibu.



Bu, pangeranmu telah banyak bercerita tentangmu, tentang bagaimana hangatnya pelukan ibu, tentang bagaimana rindunya ia pada hadirmu. Pun tentang masakan yang selalu membuatnya rindu. Terkadang yang hanya mampu aku lakukan saat ia berkeluh kesah hanyalah menyuruhnya pulang menghampirimu, sebab aku tahu, bahwa ibu pun pasti merindunya.



Pernah suatu ketika aku mendengar risaunya bercerita tentangmu, satu hal yang ku tahu pasti, ia sangat mencintaimu (pun merindukanmu).

Bu, aku ingin seperti ibu. Maafkan apabila ini terdengar terlalu lancang, aku hanya ingin dicintai oleh pangeranmu seperti ibu. Bukan untuk menjadi pesaingmu, melainkan menjadi sosok yang dapat ibu cintai juga.



Bu, jemariku mengkin memang tak selembut ibu, pelukanku pun tak sehangat ibu. Namun aku mampu berjanji, bahwa aku akan selalu menggenggam erat jemari pangeranmu, mendekapnya erat dalam pelukanku, sampai aku tak mampu.



Jika ibu berkenan, ajari aku lebih banyak bagaimana caranya memahami pangeranmu, sebab aku tak sepandai ibu. Jika menurut ibu tak mampu, aku masih akan berusaha belajar banyak. Tak kan ku beri luka sedikit pun padanya, sebab membuatnya terluka sama saja melukai ku perlahan. Aku pun tak sampai hati melihat ibu terluka saat mengetahui pangeranmu sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.



Aku tak ingin berniat menyuap ibu, atau bermanis-manis ria di hadapanmu hanya untuk mencuri perhatian ibu, tidak sama sekali bu. Bahkan ketika kutuliskan surat ini, berulang kali ku tata susunan diksi ku, barangkali beberapanya membuat ibu tidak berkenan, maafkan untuk itu.

Namun sungguhlah, aku hanya ingin meminta ibu untuk sedikit saja menanggapi racauanku.



Bu, ketika surat ini ku tulis, banyak keraguanku yang bermunculan. Bukan karena aku tak yakin, aku hanya merasa tak pantas jika surat ini dialamatkan padamu. Namun, kesungguhan ku untuk selalu berada di sisi pangeranmu telah menghapus beberapa keraguanku, sisanya yang menguatkanku karena kesungguhanku untuk dapat memanggilmu ibu. Maafkan kalau lagi-lagi ini terdengar lancang. Semoga ibu masih mau memahaminya.



Rasanya, itu saja yang ingin aku sampaikan, jemariku kelu untuk lebih banyak lagi berkata.

Semoga kebahagiaan selalu menyelimuti ibu,




tertanda, anakmu (kelak)



2 komentar:

  1. woh :D manis sekali surat untuk ibu balon mertua :D
    semoga beneran langgeng yaa aminn
    - ika, tukangpos

    BalasHapus